Kita telah terbiasa dengan nasib, dari kutukan klaim budaya hingga bencana ke bencana.
Kita pun telah akrab dengan kesabaran,
Untuk tak tepat dengan momen politik, hingga tak harus menambah dosa berujar dipertontonkan
Selamat berbela sungkawa. (03.09.09/18.00)
Dalam Bencana, Tak ada Kata " Mana yang Harus diPrioritaskan "
Sampai kini, Kain kasa bekas masih menempel pada badan kami
apalagi nyinyir darah, terus saja tak mau berhenti mengucur pada tubuh ini.
yang datang hanya berbelasungkawa, terima kasih aku jawab
yang nyeri kesakitan, aku balas " bersabarlah, tuhan kita sedang dekat dengan kau.(04.09.09/15.42)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Kiat Menuliskan Laporan Perjalanan
Kita semua pasti pernah melakukan perjalanan, entah ke luar kota, entah ke mancanegara, entah ke kutub selatan dan utara, atau cuma meneng...
-
Kita semua pasti pernah melakukan perjalanan, entah ke luar kota, entah ke mancanegara, entah ke kutub selatan dan utara, atau cuma meneng...
-
Novel-novel berdasarkan sejarah kembali marak. Selain buku karya Aan Merdeka Permana dan Langit Kresna Hariadi yang sudah populer, sudah t...
-
Anak-anakku mungkin di antara kalian ada yang kurang memahami karangan narasi. Istilah narasi berasal dari bahasa Latin, narratio yang b...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar